Louis Braille, pencipta huruf Braille, mempermudah para teman dengan disabilitas netra dalam membaca angka, huruf, dan tanda baca. Sistem huruf Braille ini terdiri dari titik-titik yang disusun secara khusus sehingga dapat terasa oleh ujung jari, memungkinkan para teman dengan disabilitas netra untuk membaca berbagai tulisan.
Menariknya, Louis Braille menemukan huruf Braille ketika usianya baru 15 tahun. Meskipun mengalami ketidakmampuan visual, remaja yang penuh bakat ini berhasil menciptakan sistem huruf Braille yang kini masih digunakan secara luas oleh para teman dengan disabilitas netra di seluruh dunia. Prestasinya yang luar biasa ini patut diacungi jempol!
Seiring dengan peringatan Hari Braille Sedunia pada tanggal 4 Januari 2024, mari kita kenali Louis Braille lebih dalam melalui beberapa fakta menarik yang menggambarkan keteguhan dan inovasinya. Ayo ikuti lebih lanjut!
Terlahir dengan mata normal
Catatan dari Biography menyebutkan bahwa Louis Braille lahir pada 4 Januari 1809 di Coupvray, Prancis, sebagai anak keempat dari Simon-René dan Monique Braille. Ayahnya, Simon-René, bekerja sebagai pembuat pelana, tali kekang, dan peralatan kuda lainnya.
Ketidakmampuan visual Louis dimulai secara tidak sengaja ketika dia berusia tiga tahun, ketika melukai salah satu matanya dengan penusuk, alat tajam untuk melubangi kulit. Sayangnya, pada usia lima tahun, kedua matanya terinfeksi, menyebabkan kebutaan total.
Meskipun menghadapi keterbatasan ini, kedua orang tua Louis tetap mendukungnya untuk terus belajar. Ia tetap bersekolah di desanya dan mengembangkan keterampilannya dengan mendengarkan.
Dalam keadaan kebutaan, Louis menunjukkan kecerdasannya. Pada usia 10 tahun, ia meraih beasiswa untuk belajar di the National Institute for Blind Youth di Paris. Di institusi ini, Louis berinteraksi dan belajar bersama dengan rekan-rekan disabilitas netra lainnya.
Terinspirasi dari seorang pensiunan tentara
Ketika berkunjung ke sekolah Louis, Charles Barbier, seorang pensiunan kapten tentara, mengajarkan metode rahasia "night writing" yang digunakan prajurit untuk berkomunikasi tanpa diketahui musuh. Metode Barbier ini melibatkan penulisan pesan seperti kode, menggunakan titik dan garis di kertas tebal dengan alat tajam, memungkinkan penulisan tanpa cahaya dan tanpa suara.
Walaupun metode ini tidak pernah diadopsi dalam kehidupan militer karena dianggap rumit, Barbier melihat potensinya untuk membantu orang tunanetra. Louis, yang juga melihat manfaatnya, terinspirasi untuk mengembangkan huruf yang memenuhi kebutuhannya dari metode tersebut. Sebagai solusi atas tantangan yang dihadapinya, Louis mulai serius memecahkan sistem penulisan yang lebih sederhana ketika usianya baru 13 tahun.
Sistem bahasa Braille.
Selama dua tahun, Louis Braille tekun bekerja untuk mengembangkan sistem baru yang terinspirasi dari kode Barbier. Upayanya yang gigih akhirnya membuahkan hasil. Pada usia 15 tahun, Louis berhasil memecahkan kode Barbier.
Dilansir dalam laman Aruma, Louis meminta Kepala Sekolah untuk menguji sistem barunya dengan membaca artikel di surat kabar. Selanjutnya, Louis mencatat ulang artikel tersebut menggunakan sistem Braille yang baru diciptakannya.
Setelah menyelesaikan proses penyalinan, Louis dapat membaca kembali artikel yang ditulisnya dalam huruf Braille dengan lancar. Keberhasilan ini dengan tegas membuktikan bahwa dia berhasil menciptakan sistem efektif untuk menulis dan membaca bagi mereka yang memiliki disabilitas penglihatan.
Louis dikenal sebagai penulis buku Braille pertama di dunia, pengajar tunanetra pertama, dan pemusik berbakat.
Selain menemukan huruf Braille pada usia yang masih belia, Louis Braille memang diakui sebagai sosok yang sangat berbakat. Pada usianya yang baru 19 tahun, ia bahkan menjadi pengajar magang di Royal Institute for the Blind.
Setahun setelahnya, pada tahun 1829, Louis menerbitkan buku Braille pertamanya yang berjudul "Method of Writing Words, Music, and Plain Songs by Means of Dots, for Use by the Blind and Arranged for Them," seperti yang dicatat dalam jurnal American Journal of Public Health. Selain sebagai penulis, sebagai seorang pemusik berbakat, ia juga bersemangat untuk mengembangkan kodifikasi musik Braille.
Ketika dewasa, Louis menjadi guru disabilitas netra penuh waktu pertama yang mengajarkan berbagai bidang ilmu, termasuk musik, tata bahasa, geografi, dan aljabar. Ia dikenal sebagai guru yang setia kepada murid-muridnya, bahkan sering memberikan hadiah dan memberikan pinjaman pada mereka meski mendapatkan gaji yang kecil.
Meninggal dunia sebelum melihat dampak positif dari huruf yang ditemukannya
Meskipun kepala sekolah di tempat Louis mengajar sangat menghormati dan mengagumi kecerdasannya, ada kekhawatiran bahwa sistem Braille yang diciptakannya mungkin membuat siswa disabilitas netra terlalu mandiri dan tidak memerlukan bimbingan guru mereka. Sebagai hasilnya, sistem bahasa Braille dan buku Braille yang dikembangkan oleh Louis tidak diperkenalkan kepada masyarakat umum selama bertahun-tahun.
Laman Sight Scotland mencatat bahwa Louis mengundurkan diri sebagai guru pada usia 40 tahun karena penyakit pernapasan jangka panjang. Setelah kembali ke kota asalnya, Coupvray, ia meninggal pada 6 Januari 1852, di rumah sakit Royal Institution.
Dua tahun setelah kematiannya, sistem Braille diadopsi oleh Royal Institute for the Blind setelah mendapatkan tekanan luar biasa dari para siswa. Pada akhir abad ke-19, huruf Braille menjadi semakin luas digunakan di seluruh dunia.
Meskipun Louis Braille tidak dapat merasakan dampak langsung dari penciptaan hurufnya, huruf Braille terus memberikan manfaat signifikan bagi individu dengan disabilitas penglihatan hingga hari ini.
Tidak ketinggalan perkembangan zaman, teknologi Braille juga mengalami evolusi. Dari cara manual, kemudian mesin tik, hingga pencatat Braille elektronik modern dan perangkat lunak terjemahan Braille, semuanya turut memudahkan individu dengan disabilitas penglihatan dalam membaca dan menulis. Selamat Hari Braille Sedunia!