Pada Selasa, 9 Januari, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan dengan resmi penunjukan Gabriel Attal sebagai Perdana Menteri yang baru. Pria berusia 34 tahun ini menggantikan posisi yang sebelumnya dipegang oleh Elisabeth Borne (62) yang mengundurkan diri dari jabatan tersebut.

Gabriel Attal sebelumnya menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Urusan Anak Muda, dan dengan pengangkatannya sebagai Perdana Menteri, ia mencatatkan namanya dalam sejarah Prancis sebagai kepala pemerintahan termuda yang pernah ada. Bahkan, pencapaiannya tersebut mengalahkan rekor yang sebelumnya dipegang oleh Laurent Fabius, seorang politikus dari Partai Sosialis, yang dilantik sebagai Perdana Menteri pada tahun 1984 saat berusia 37 tahun di bawah kepemimpinan François Mitterrand.

Selain prestasi politiknya yang mengesankan, Gabriel Attal juga mencatatkan dirinya sebagai tokoh politik Prancis pertama yang secara terbuka menyatakan orientasi seksualnya. Dalam sebuah pengakuan bersejarah, Attal mengungkapkan bahwa ia gay. Pada masa itu, ia menjalin hubungan dengan Stephane Sejourne, mantan penasihat politik Emmanuel Macron.

Langkah Attal untuk membagikan aspek pribadinya ini diakui sebagai langkah penting dalam mendorong keragaman dan penerimaan di kalangan pejabat publik Prancis. Keterbukaan ini juga menjadi representasi perubahan dalam politik modern, menunjukkan bahwa para pemimpin dapat memimpin dengan keberanian dan autentisitas, tanpa takut untuk membawa identitas pribadi mereka ke dalam panggung politik.

Sebagai Perdana Menteri muda, Gabriel Attal menghadapi tantangan besar, terutama dalam mengatasi berbagai isu yang dihadapi oleh Prancis, termasuk pemulihan ekonomi pasca-pandemi, reformasi pendidikan, dan menangani masalah sosial yang mendesak. Keterampilan kepemimpinan dan visinya untuk masa depan akan diuji dalam mengemban tanggung jawab baru ini.

Sumber : 

Detik.com