Pak Prabowo Subianto, seorang tokoh yang mengukir perjalanan menarik sejak awal kariernya di dunia militer. Lahir di Jakarta, ia memulai segalanya setelah lulus dari Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada tahun 1970. Pria ini kemudian mempersembahkan hidupnya selama 24 tahun untuk Tentara Nasional Indonesia (TNI), dengan sebagian besar pengabdiannya terfokus pada satuan khusus elit, Kopassus.

Sepanjang kariernya, Prabowo dikenal sebagai sosok yang berani dan tanpa kompromi. Terlibat dalam operasi-operasi militer berbahaya, salah satu capaian terbesarnya adalah dalam Operasi Seroja pada tahun 1975. Di usia muda, Prabowo memegang peran penting sebagai komandan pleton termuda, memimpin misi sensasional untuk menangkap Nicolau dos Reis Lobato, pemimpin Fretilin dan Perdana Menteri Timor Leste.

Pada tahun 1993, Prabowo Subianto kembali ke pangkuan pasukan khusus, yang saat itu dikenal sebagai Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Ia mengambil peran sebagai komandan Grup 3/Sandhi Yudha, suatu unit khusus yang terlibat dalam komando kontra-insurjensi. Pada posisi ini, Prabowo memperlihatkan keahlian taktisnya dalam menangani situasi yang kompleks dan menuntut.

Pada tahun 1996, Prabowo kembali terlibat dalam misi berisiko tinggi, yakni Operasi Pembebasan Sandra Mapenduma. Dalam pertempuran melawan Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang menyandera peneliti asing di Papua, Prabowo sekali lagi menunjukkan keberaniannya dengan berhasil membebaskan sandera dan menyelesaikan krisis.

Tidak hanya terampil di medan perang, Prabowo juga memiliki kecerdasan dalam membangun struktur militer. Saat aktif di Kopassus, ia mendirikan Detasemen 81, sebuah satuan elit anti-teror di dalam badan Kopassus. Selain itu, Prabowo menjadikan Kopassus sebagai tempat latihan bersama dan pendidikan dengan pasukan elit dari Amerika, Rusia, dan negara-negara maju lainnya.

Perjalanan kariernya terus menanjak ketika ia kemudian menjabat sebagai wakil komandan komando dan kemudian menjadi komandan komando di bawah kepemimpinan Brigadir Jenderal Agum Gumelar dan Brigadir Jenderal Subagyo Hadi Siswoyo. Dalam setiap langkahnya, Prabowo terus membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang mampu menghadapi tantangan dengan kemampuan dan kepemimpinan yang luar biasa.

Puncak kariernya dalam militer tercapai pada 20 Maret 1998, ketika Prabowo diangkat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad). Pengangkatan ini menarik perhatian karena posisi tersebut pernah dipegang oleh ayah mertuanya, Presiden Soeharto.

Pengangkatan Prabowo sebagai Pangkostrad terjadi hanya sepuluh hari setelah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) memilih Soeharto untuk periode kelima sebagai presiden. Kenaikan pangkat Prabowo menciptakan sorotan dan memberinya peran strategis dalam mengelola keamanan dan strategi pertahanan nasional.

Sebagai Pangkostrad, Prabowo Subianto melanjutkan jejak keluarganya dalam dunia militer dengan menghadapi tugas-tugas besar dan tanggung jawab penting. Perannya dalam mengelola keamanan nasional menggambarkan dedikasinya untuk melindungi integritas dan kedaulatan Indonesia.

Sumber : Tempo