Pada pengetahuan saya hingga Januari 2022, seri film "Fantastic Beasts" masih dalam tahap produksi, dan dua film pertama, "Fantastic Beasts and Where to Find Them" (2016) dan "Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald" (2018), sudah dirilis. Saya tidak memiliki informasi terkini setelah waktu tersebut, tetapi saya dapat memberikan beberapa alasan umum mengapa suatu seri film dapat dianggap gagal:
-
Kritikan Negatif: Jika film mendapatkan tinjauan negatif dari kritikus atau penonton, ini dapat mempengaruhi keberhasilan finansial dan reputasi seri. Kritikan terhadap naskah, penyutradaraan, atau kinerja para aktor dapat menjadi faktor.
-
Kehilangan Fokus: Jika seri kehilangan fokus atau kekonsistenan dalam cerita atau karakter, hal ini bisa membuat penonton kehilangan minat. Kesalahan dalam menjaga kualitas kontinuitas dan pengembangan karakter dapat menyebabkan kekecewaan.
-
Perubahan Pemain atau Kru Kreatif: Jika ada perubahan signifikan dalam pemain utama, sutradara, atau anggota kru kreatif lainnya, ini bisa memengaruhi kesinambungan dan kualitas keseluruhan seri.
-
Kontroversi: Kontroversi di sekitar film atau anggota tim produksi dapat memengaruhi citra dan penerimaan film. Kontroversi bisa berasal dari berbagai aspek, termasuk isu-isu sosial atau keputusan kreatif yang tidak populer.
-
Tidak Memenuhi Harapan Penggemar: Jika film tidak memenuhi harapan para penggemar waralaba atau tidak setia pada materi sumbernya, ini dapat menyebabkan ketidakpuasan di antara audiens inti.
-
Over-expansion: Jika studio terlalu cepat mengembangkan universum film dengan spin-off dan sekuel tanpa memberikan waktu yang cukup untuk pengembangan cerita dan karakter, hal ini dapat merugikan kualitas secara keseluruhan.
-
Materi Sumber yang Kurang Mantap: Sejak awal, Fantastic Beasts dihadapkan pada tantangan karena merupakan prekuel dari Harry Potter dan memiliki sedikit landasan materi sumber. Hal ini menyebabkan banyak inkonsistensi dalam cerita, termasuk karakter dan kisah latar belakang yang tidak konsisten dengan seri utama.
-
Inkonsistensi dalam Cerita: Keterbatasan materi sumber menyebabkan banyak inkonsistensi dalam cerita, seperti Minerva McGonagall yang tidak sesuai dengan deskripsi usianya dalam Harry Potter dan munculnya karakter seperti Credence yang terkesan tiba-tiba.
-
Ketidak Konsistenan dengan Judul: Meskipun berjudul "Fantastic Beasts," fokus pada makhluk-makhluk magis semakin berkurang seiring berjalannya waktu, mengecewakan ekspektasi yang mungkin dimiliki oleh penggemar.
-
Karakterisasi yang Kurang Memikat: Tokoh-tokoh baru dalam seri ini dikritik karena kurangnya karakterisasi yang memikat. Beberapa aktor, seperti Eddie Redmayne, Jude Law, dan Johnny Depp (sebelum digantikan Mads Mikkelsen), mungkin menjadi daya tarik utama sementara karakter lain dianggap kurang berkesan.
-
Kontroversi di Luar Layar: Beberapa cast terlibat dalam masalah hukum, seperti kasus kontroversial dengan Johnny Depp dan masalah yang melibatkan Ezra Miller, yang dapat memengaruhi citra dan penerimaan seri.
-
Kontroversi J.K. Rowling: J.K. Rowling, sebagai kreator dan penulis, juga terlibat dalam kontroversi, terutama terkait komentarnya mengenai isu transgender. Hal ini dapat memengaruhi persepsi terhadap seri.
-
Ketidakpuasan Penggemar: Penggemar Harry Potter mungkin merasa tidak puas dengan eksekusi Fantastic Beasts, terutama ketika membandingkannya dengan kualitas dan kohesi dari seri aslinya.
-
Kesulitan Menarik Penonton: Meskipun ide ceritanya dianggap potensial, kesulitan untuk mendapatkan respek dan dukungan dari penggemar Harry Potter dan penonton mainstream mungkin menjadi salah satu faktor utama kegagalan.
Harap dicatat bahwa penyebab kegagalan suatu film atau seri dapat bervariasi dan kompleks, dan penilaian atas keberhasilan atau kegagalan suatu karya seni cenderung bersifat subyektif. Untuk mendapatkan informasi terkini dan analisis yang lebih mendalam tentang kegagalan mungkin perlu melibatkan berbagai faktor yang bersangkutan pada waktu terbaru.