Dilema Sosial Kesuksesan: Ketika Orang 'Jahat' Lebih Sukses Daripada Orang 'Baik'

Dilema Sosial Kesuksesan: Ketika Orang 'Jahat' Lebih Sukses Daripada Orang 'Baik'

Dalam realitas kehidupan, seringkali terasa tak adil. Ada fenomena menarik di mana seseorang yang pada awalnya dianggap brengsek dan dihindari oleh banyak orang, justru mampu meraih sukses yang gemilang di masa dewasanya. Sebaliknya, individu yang berupaya menjadi pribadi yang ramah, tenang, dan baik hati malah seringkali mengalami perlakuan yang tidak adil dari dunia sekitarnya. Pertanyaan yang muncul adalah, mengapa kebaikan seringkali tampak diabaikan oleh dunia yang lebih memihak pada perilaku yang tidak baik?

Stigma negatif terhadap individu yang tergolong "brengsek" mungkin telah membentuk pandangan skeptis di kalangan banyak orang. Namun, paradoksnya, banyak tokoh sukses seperti Elon Musk dan Jeff Bezos, yang berada dalam kalangan teratas 1%, ternyata memiliki elemen "brengsek" dalam diri mereka.

Sifat "brengsek" sebenarnya dapat ditemukan pada hampir semua orang sukses di dunia ini. Mereka mampu mengelola sifat tersebut pada tingkat tertentu, sedangkan individu yang terlalu baik atau terlalu jahat seringkali menghadapi kendala dalam perjalanan mereka.

Dalam ranah psikologi, terdapat tiga sifat utama manusia yang, jika dimanfaatkan dengan bijak, dapat membawa seseorang menuju kesuksesan. Pertama, sifat narsistik, yang membawa tingkat harga diri yang tinggi dan keyakinan diri. Kedua, meia felinism, yang ditandai dengan ambisi dan kecenderungan menggunakan manipulasi untuk mencapai tujuan. Ketiga, sifat psikopatik, yang ditandai dengan ketidakmampuan merasa bersalah dan kurangnya perhatian terhadap konsekuensi dari perbuatan mereka.

Pembahasan ini mengungkap bagaimana ketiga sifat ini sebenarnya dapat dimanfaatkan pada tingkat tertentu untuk mencapai kesuksesan. Orang-orang sukses menggabungkan elemen-elemen tersebut dengan bijak, memiliki rasa percaya diri, ambisi, dan keberanian untuk mengambil risiko. Mereka mampu melihat kelemahan lawan dan bertindak dengan cerdas di titik-titik krusial.

Meskipun demikian, penting untuk tidak menggunakan sifat-sifat ini secara berlebihan. Narsisme yang berlebihan dapat membuat seseorang terlalu mencari validasi, meia felinism yang berlebihan dapat mengarah pada perilaku penipuan, dan psikopati yang berlebihan dapat menghasilkan kekerasan dan perilaku kriminal.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan pada dilema sosial antara uang dan moral. Uang seringkali melebihi batas moral, dan para pemimpin perusahaan mungkin tergoda untuk melanggar moral demi keuntungan pribadi. Kesuksesan, bagaimanapun, tidak selalu identik dengan kejahatan, dan tidak semua individu kaya adalah individu jahat.

Poin inti dari diskusi ini bukanlah mendorong perubahan menjadi individu yang jahat, melainkan untuk memanfaatkan sisi baik dari sifat-sifat tersebut. Keberanian, rasa percaya diri, dan ambisi adalah kunci kesuksesan, dan sifat-sifat ini bisa dimanfaatkan tanpa harus mengorbankan moralitas. Oleh karena itu, bukanlah tentang perubahan menjadi jahat, melainkan tentang memanfaatkan sifat-sifat yang cenderung negatif untuk meraih kesuksesan tanpa mengorbankan kebaikan dalam diri.