Klarifikasi Orang Rohingnya yang Buang Nasi Pemberian

Di situasi yg urgent aja banyak maunya, redflag banget

Setelah video kepergok buang nasi bungkus menjadi viral, pihak Rohingya akhirnya memberikan klarifikasi. Dikutip dari akun TikTok @btj.tripaceh pada Minggu (17/12/2023), Ali, salah satu pengungsi Rohingya, menjelaskan alasan di balik kejadian tersebut. Ali menyatakan bahwa pengungsi Rohingya menyukai makanan pedas namun tidak dapat menyampaikan preferensinya. "Ini hanya kesalahpahaman, bukan mereka membuang nasi, mereka suka makanan pedas, tapi tidak dapat menyampaikannya, begitulah kata Bang Ali," demikian isi tulisan dalam video tersebut.

Meskipun demikian, pernyataan tersebut tidak sepenuhnya menghentikan kekecewaan netizen. Salah seorang netizen menyampaikan, "Aku juga suka pedas, tapi kalau diberikan ya terima saja toh itu gratis. Enggak mungkin minta-minta menu kalau sudah diberikan secara cuma-cuma," ujar seorang netizen. Netizen lain menambahkan, "Kenapa harus mengikuti selera mereka? Apakah kita ini mau dijadikan budak atau apa?" Keluhan lainnya mencakup banyaknya permintaan dari pengungsi.

Sejak kedatangan pengungsi Rohingya, masyarakat Aceh menunjukkan penolakan yang semakin meningkat. Perilaku pengungsi dianggap tidak pantas di tengah-tengah masyarakat setempat, terutama di wilayah-wilayah yang digunakan sebagai tempat penampungan. Sebagai contoh, pengungsi baru-baru ini menggunakan tambak milik warga setempat sebagai tempat buang air besar dan mandi. Aksi ini memicu kemarahan warga, yang akhirnya mengakibatkan pemindahan paksa terhadap para pengungsi tersebut. Meskipun demikian, gelombang kedatangan pengungsi Rohingya terus berlanjut di Aceh.

Tindakan ini berpotensi menimbulkan ketidaknyamanan dan konflik antara pengungsi dan masyarakat lokal, seperti yang diungkapkan oleh Keuchik Gampong Batee Zakaria. Keuchik Zakaria mengakui bahwa masalah ini dapat disebabkan oleh kurangnya persiapan infrastruktur dan koordinasi yang memadai dalam menanggapi kedatangan pengungsi. Warga sebelumnya menolak kedatangan etnis Rohingya, tetapi setuju untuk menampung mereka sementara atas permintaan Pemerintah Kabupaten Pidie. Meski ada kesepakatan untuk menempatkan pengungsi di tenda di pesisir, keluhan warga terkait perilaku pengungsi menunjukkan perlunya tindakan lebih lanjut.

Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan pendekatan holistik. Pertama, pemerintah setempat perlu berupaya lebih keras dalam menyediakan fasilitas dasar, termasuk tempat buang air, sehingga pengungsi dapat hidup dengan layak tanpa mengganggu masyarakat setempat. Kedua, perlu dibangun komunikasi yang lebih baik antara pemerintah, masyarakat, dan UNHCR untuk mengatasi ketidaksetujuan awal dan membangun pemahaman bersama. Memberikan pendidikan kepada pengungsi tentang norma-norma dan budaya lokal juga menjadi penting. Dengan pendekatan ini, diharapkan dapat tercipta kerjasama yang harmonis antara pengungsi Rohingya dan masyarakat Gampong Blang Raya. Meskipun pengungsi Rohingya telah ditolak secara tegas, pertanyaannya adalah mengapa mereka terus berdatangan ke Aceh? Menurut OCHA, organisasi PBB untuk kemanusiaan, pengungsi Rohingya hampir pasti akan terus berdatangan hingga Maret 2024 ke Aceh. Faktor penyebabnya setidaknya dua, yakni situasi politik di Myanmar dan Bangladesh yang semakin menakutkan bagi mereka, ditambah ancaman kemarau panjang yang mengancam pasokan pangan mereka. Nelayan Aceh pun menghadapi kesulitan untuk mengusir kapal pengungsi Rohingya. (Kolase Tribun Trends/Ist) Faktor kedua, dari Desember hingga Maret, laut di perairan Andaman menuju Aceh relatif tenang dan aman bagi kapal melaut dengan risiko kecil. Informasi dari Badan PBB urusan Kemanusiaan (OCHA) di situs web

ReliefWeb menyatakan bahwa kabar kedatangan pengungsi Rohingya ke Aceh akan terus berlanjut. "Mengingat situasi di Myanmar saat ini, lamanya pengungsi Rohingya di Bangladesh, dan datangnya musim kemarau dengan kondisi laut yang membaik. Maka diperkirakan akan lebih banyak lagi kelompok pengungsi Rohingya yang akan tiba di Aceh pada akhir bulan Maret 2024," demikian laporan ReliefWeb yang diterbitkan pada Rabu (13/12/2023). Layanan tersebut melaporkan bahwa pengungsi Rohingya sangat memerlukan bantuan segera, berkelanjutan, dan dapat menyelamatkan nyawa. "UNHCR dan IOM segera meminta dana sebesar USD 5,4 juta (Rp 83,7 miliar) untuk memenuhi kebutuhan mendesak dan darurat para pengungsi Rohingya yang diturunkan di Provinsi Aceh," demikian laporan ReliefWeb. Sejak 14 November 2023, sebanyak 1.543 pengungsi Rohingya telah mendarat di Aceh. Hingga 12 Desember 2023, total pengungsi Rohingya di Aceh, termasuk 179 orang yang turun dari kapal pada awal tahun 2023, berjumlah sekitar 1.722 orang. Sekitar 700 pengungsi saat ini masih belum memiliki tempat penampungan, sementara lebih dari 1.000 orang telah direlokasi ke tempat penampungan yang penuh sesak di Aceh.


Sumber : 
https://twitter.com/sosmedkeras/status/1736363416984641767?t=vmt74726PKQggVFaqRvpew&s=19
https://trends.tribunnews.com/2023/12/18/buang-nasi-bungkus-pengungsi-rohingya-ngeles-salah-paham-malah-nglunjak-cuma-suka-makanan-pedas