Mengapa saya belibet saat berbicara ?

Mengapa saya belibet saat berbicara ?

Saya adalah orang yang suka belibet saat bicara. Di saat saya masih sekolah, saya tidak merasakan bahwa kemampuan bicara itu penting. Saya hanya belajar, mendapatkan nilai bagus, bermain bersama teman-teman, menjadi secret admirer kakak tingkat. hehehe:)
Saya baru menyadari bahwa skill bicara itu penting ketika saya sudah duduk di bangku kuliah. Saya mengikuti beberapa organisasi di kampus. Saya banyak menemui kesulitan saat saya awal-awal masuk organisasi. Saya yang notabane anak pendiam, tiba-tiba harus menjadi MC di sebuah kegiatan. Itu saya mau nangis dan pengen mundur dari kepanitiaan. Tapi ada rasa malu jika saya tidak bisa melakukannya. Pada akhirnya saya minta bantuan senior untuk menyusun teks MC dan susunan acara. 

Tidak berhenti disitu, mengikuti organisasi berarti mau untuk berkembang. Tidak berhenti pada satu titik saja. Di tahun kedua saya menjadi ketua panitia sebuah event. Lagi-lagi nyali saya ciut. Saya harus berhadapan dengan banyak orang dan melakukan negoisasi padahal saya sendiri tidak jago dalam bidang komunikasi. 

Hal tersebut membuat saya stres dan overthinking. Apakah saya menyerah ? Tidak. Saya memang insecure dan tidak percaya diri. Tapi teman-teman saya menyemangati agar tidak menyerah. Mereka menjanjikan saya, bahwa akan membantu saya setiap saat. Alhasil semua bisa saya lewati dan terlaksana dengan sukses. Meskipun tidak berjalan mulus banget, hehehee.

Ada rasa bangga karena saya bisa melalui masa-masa sulit tetapi juga merasa tidak puas atas kinerja saya. Ada beberapa hal yang mempengaruhi cara bicara saya yang belibet. Kurangnya sosialisasi dengan lingkungan sekitar. Kedua orang tua saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja. Sejak kecil saya di rumah bersama nenek. Ibu sering lembur kerja hingga malam. Saya lebih suka menonton televisi di rumah daripada bermain dengan teman sebaya.

Nah, bagaimana cara kita mengtasi agar cara berbicara kita tidak belibet ? Yak, Berlatih. Kita bisa berlatih bicara di depan kaca. Mulailah dengan mencari referensi dan menulis terlbih dahulu apa yang ingin disampaikan. Agar apa yang kamu sampaikan bisa tersampaikan dengan baik. 

Belajarlah menulis apa yang terjadi setelah seharian beraktifitas. Mulai dari kamu bangun sampai tertidur kembali. Hal yang sederhana. Aktivitas menulis melibatkan kita dalam menyusun pikiran, dan pikiran yang teratur membantu kita berkomunikasi dengan teratur. Ketika pikiran sudah terstruktur, kita dapat menambah beberapa humor agar tidak terlalu kaku. 

Teruslah belajar.
Kita bukan tidak bisa, tapi kita belum terbiasa. Semangat :)

Image : https://i.pinimg.com/564x/4a/e5/95/4ae595baa05dc669d270f93684944969.jpg